Senin, 15 Juli 2013

Dulu Aku Pernah Iri Pada .....

Ya , dulu aku pernah iri pada keluarga seorang pendakwah.  Waktu aku masih kecil, aku melihat keluarga ini begitu harmonis, sang suami penuh kelembutan dan kata-kata bijak yang penuh hikmah, ketiga anak-anak mereka juga pandai dan beruntung. Sang istri hanya seorang ibu rumah tangga yang terpenuhi semua kebutuhannya oleh sang suami yang kaya raya.

Dulu kupikir, alangkah beruntungnya sang istri, memiliki seorang suami yang bisa membimbingnya di jalan Allah dan kaya raya pula.  Kubayangkan dia pasti amat bahagia dengan semua itu.

Saat aku kecil, bukan kaya rayanya yang menjadikan aku ngiri, melainkan punya seorang suami yang membimbing itulah yang kuirikan.  Romantisme masa kanak-kanakku membayangkan bakalan punya suami seperti itu ...... hmmm .... nyatanya suamiku malah mualaf, yang di kemudian hari amat kusyukuri karena ternyata dia lebih qur'ani dibandingkan diriku sendiri.

Sungguh tidak kusangka, ketika aku sudah setua ini, Allah mendekatkanku pada keluarga yang amat aku kagumi itu.  Kami suka chatting , aku dan sang istri,  bahkan salah seorang puteranya juga ikut nimbrung dalam pembicaraan kami.

Dari sinilah pelajaran hidup itu terbuka di mataku.  Dari interaksiku dengan mereka berdua, aku jadi mengerti, bahwa ....... ternyata mereka berdua itu bukanlah sosok seperti yang aku bayangkan !!!

Kata-kata bijak sang ayah yang penuh kelembutan, sepertinya lewat begitu saja.  Sementara dakwah sang ayah telah menyentuh banyak hati, ironisnya hati sang istri dan seorang anaknya yang aku tahu, benar-benar berlawanan dengan dakwah sang ayah.

Aku melihat hati yang dipenuhi dendam dan rasa sakit, yang tidak rela untuk memberi sekeping maaf dan menghukumi orang tanpa memberi kesempatan untuk membela diri.  Aku juga melihat hati yang selalu ingin dianggap benar, tanpa memberi kesempatan alam untuk menjelaskannya.

Ukuran-ukuran yang dipakai oleh mereka berdua adalah ukuran materi, yang begitu jauh dari ucapan-ucapan sang ayah yang telah mendamaikan banyak jiwa.

Akupun berhenti merasa iri.  Ternyata Allah itu Maha Adil.  Seorang yang berada disisi seorang lelaki yang shaleh, dan mendampinginya selama puluhan tahun, belum tentu bisa terbuka hatinya menerima cahayaNya.  Ibarat kisah Nabi Nuh  dalam versi modern.  Wanita ini berjilbab juga, hanya pola pikir dan hatinya yang belum benar-benar muslim.  Mudah-mudahan Allah berkenan membuka hati wanita ini dan puteranya.  Tulus aku mendoakan mereka berdua.

Sahabat,
Aku hanya ingin kalian belajar dari kisah ini.  Jangan sesali posisimu saat ini, barangkali kau adalah seorang wanita yang bersuamikan seorang pemabuk.  Atau kau seorang lelaki pemimpin keluarga yang baru saja belajar shalat lima waktu.  Atau kau seorang wanita yang bersuamikan lelaki yang asing dengan ajaran  agama......  Apapun posisimu, semua itu tidak akan mampu menghalangi datangnya hidayah Allah.

Allah menyesatkan dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.  Daftarkan dirimu menjadi orang yang dikehendaki Allah, maka Dia akan membimbingmu dengan jalan yang Dia kehendaki yang tak pernah terpikir oleh kita.

Selamat berpuasa, semoga Allah memasukkan kita semua dalam ridha dan bimbinganNya.





4 komentar:

  1. saya tertarik postingan ini mba inuri, bagus untuk pelajaran hikmah..subhanallah
    tapi saya kok kurang cocok dengan kalimat "Allah itu menyesatkan dan memberi petunjuk"
    krn dalam hal ini yg menyesatkan bukan Allah, tapi pribadi manusia itu sendiri yg ga yakin atas kebesaran Allah...
    mohon maaf bila salah kata bunda... :)
    salam ukuwah islamiyah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda,
      terimakasih atas komentarnya,
      yang mengatakan bahwa Allah menyesatkan dan memberi petunjuk itu bukan saya, tapi al quran. Coba buka surat al mudatsir ayat 31 , ayatnya agak panjang, disitu disebut : "......demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya ....... ".

      Hapus
  2. di sekitas saya ada juga yang seperti itu bu...
    suaminya sudah haji. sering menjadi penceramah di masjid, juga di rombongan pengajian. harta milyaran..
    tapi si istri sholat juga bolong-bolong, berpakaian seksi.
    bahkan anak-anaknya tidak di di tekankan tuk sholat dan mengaji...
    sungguh dulu saya juga pernah merasa iri.
    tapi begitu tahu seperti itu...
    sungguh bertambah beryukur dengan apa yang saya miliki sekarang. walaupun hidup serba pas-pasan.
    tapi anak saya cerdas dan penurut. sudah sangat membahagiakan saya. alhamdulillaah..
    what a wonderful world...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedikit sekali orang yang bersyukur, itu tersebut di dalam al quran. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur.

      Hapus