Senin, 21 November 2011

Ketulusan Yang Mencengangkan (2) Antara Fatimah dan Aden

Catatan-catatan kecilku ini kupersembahkan untuk dunia yang semakin 'materi oriented', ingin kuajak sahabatku semua untuk memperbanyak jumlah orang yang tulus.  Tak perlu takut kekurangan dengan memberi.  Ada seorang pemuda yang bernama Aden Rohmana, yang mungkin kita bisa belajar darinya tentang ketulusan.  Di hari ulang tahunnya ini, aku sudah mendapat ijin Aden untuk mempublikasikan kisah tentang dirinya.  

5 september 2011.

Habis shalat maghrib, aku tertegun tanpa kata hingga adzan isya' berkumandang. Pasalnya, siang tadi aku menyuruh Aden membaca artikel di blogku yang berjudul  "Zelika, Rifki dan Pesanan Salah Jatuh", itu cerita tentang si 'bayi ajaib' Rifki, dan Zeli yang berusaha membantu Rifki sebisanya.
"Aden kalau punya uang, potong 2,5 %, itu wajibnya.  Tapi menurut ibu dilebihin saja, 5 % gitu, buat Rifki ya...", kataku.
"Ya, mudah-mudahan cepat turun uang hadiah Nokianya", jawabnya.

Sorenya, Aden bertanya tentang sakitnya Rifki, dan berapa biaya operasinya.  Kujawab tentang biaya operasinya yang mencapai 35 juta, tentang mundurnya jadwal operasi Rifki karena tidak ada deposit yang bisa diberikan, sementara menunggu, biaya perawatan terus bertambah.  Mestinya bila Rifki segera dioperasi, insyaAllah itu lebih menghemat.  Akupun bercerita pada Aden tentang uang donasi yang terkumpul.

Tak kusangka dan tak kuduga, Aden mengatakan akan memberikan seluruh uang hadiah Nokianya pada Rifki !!! Itu jumlah yang besar sekali, bahkan aku sendiri tak pernah beramal sebanyak itu.  Hatiku disergap rasa haru, bangga ...... kata-katapun tak cukup mewakili perasaanku, hanya air mata ......

Seusai shalat maghrib, aku bisa merasakan Allah mengangkat derajatku sebagai orang tua Aden karena ketulusannya.  Suamiku datang menghampiriku, mengucap selamat padaku karena anak kami telah menunjukkan kebesaran jiwa dan kemurahan hatinya.

Aden, anak gantengku itu, hidupnya amat bersahaja, teman-temannya bahkan sering meledek hpnya yang jadul.  Dia jarang meminta sesuatu, bahkan aku sering lupa mengirim dia uang.  Biasanya setelah aku sadar bahwa dia lama gak minta uang, akupun meneleponnya dan dia bercerita sudah menggunakan uang hasil menggambarnya untuk biaya hidup. Oh, anakku .......

Senin sore, 19 september 2011

Aden sms, katanya dia sudah menerima hadiah yang berupa HP dari Nokia, HP mahal yang bisa ditukar dengan laptop. Makanya Aden meminta pertimbanganku, apa hpnya dijual saja biar bisa membelikan Zeli laptop.  Tentu saja aku menyuruhnya memakai hp itu untuk dirinya sendiri, itu adalah hp kenangan yang mengandung 'nilai sejarah' dalam kehidupan Aden.  Itu adalah 'prasasti' keberhasilannya menjadi juara, dan itu bukan hal kecil.

Zeli yang kuliahnya di Institut Seni tentu tidak memerlukan laptop, tugas-tugas di kampusnya kebanyakan karya seni yang dikerjakan secara manual dan hand made, kurasa komputer yang Zeli punya itu sudah cukup, apalagi Zeli sudah bisa internetan dan bisa gambar desain dengan hp androidnya. Zeli juga tak pernah minta padaku dibelikan laptop, bagiku itu sudah menunjukkan bahwa Zeli memang tidak memerlukannya.

Tapi Aden memikirkan Zeli melebihi apa yang dipikirkan orang tuanya, sebagai anak informatika dia menganggap Zeli bisa lebih mengoptimalkan kemampuannya bila dia memeiliki laptop.  Yaaah.... dalam diamnya dan sikapnya yang terlihat cuek, ternyata Aden penuh kasih dan perhatian terhadap adiknya, itu membuatku merasa haru dan bahagia.

Aden juga bilang, hadiah dari Nokia yang berupa uang masih harus diurus oleh fihak ITB, karena Aden memenangkan lomba itu atas nama ITB, jadi hadiahnya juga melalui ITB.  Mudah-mudahan uangnya bisa segera cair, dan Aden bisa menunaikan niatnya membantu Rifki yang saat ini sudah dioperasi, tapi masih dalam perawatan dan masih punya tanggungan biaya operasi yang banyak.

14 november 2011

Kira-kira sebulan yang lalu aku chatting dengan Aden, katanya uang hadiah Nokianya sudah diterima, lalu dia bertanya untuk apa uang itu karena Rifki sudah selesai dioperasi dan biaya operasinyapun sudah terpenuhi oleh sedekah para sahabat yang diusahakan oleh Rumah Hati Yogya.

Aku bilang padanya bahwa aku sudah menanyakan soal itu ke ustadz Virien, dan menurut beliau, karena biaya Rifky sudah terselesaikan, Aden boleh mengalihkan uang itu untuk hal lain yang lebih bermanfaat untuk orang banyak. Aden menyatakan akan mentransfer uang zakat dan sedekahnya ke rekeningku, terserah ibuk mau disalurkan kemana, begitu katanya.

Aden mentransfer uang zakat dan sedekahnya dalam jumlah yang lumayan banyak, hingga aku membagi- baginya untuk uang saku Rifky dan untuk menolong tetangga yang kesulitan membayar hutangnya pada rentenir.  Itupun masih ada sisa uang yang rencananya untuk membantu masyarakat sekitar pondok pesantren Gubug binaanku dan ustadz Virien.

Sungguh indah rencana Allah.  Saat Aden memutuskan untuk memberikan seluruh hadiahnya kepada Rifky, hadiah itu tak kunjung datang, padahal Aden sudah mengusahakannya dengan berbagai cara. Rupanya Allah bermaksud memberi kesempatan kepada banyak orang untuk turut peduli dengan Rifky. Sementara bagi Aden, dengan hadiah itu dia bisa membantu lebih banyak orang.
Jadi teringat akan kisah Fatimah putri Rasulullah dengan kalung yang dia sedekahkan, tapi kalung itu lalu kembali kepada dirinya sendiri, sementara kalung itupun sudah 'berjasa' kepada seorang musafir dan membuat merdeka seorang budak.

"Pada suatu hari seorang ibnu sabil, yaitu seseorang yang ada dalam perjalanan, mendatangi Rasulullah sekadar memohon sedekah. Rasulullah tidak memiliki apa pun yang layak disedekahkan. Lalu Rasulullah datang ke rumah Fatimah dan menyuruh putrinya itu memberi sesuatu kepada ibnu sabil tersebut. Dengan ikhlas Fatimah melepas kalung yang dikenakannya dan diberikan kepada pejalan yang kehabisan bekal itu.
Orang itu kemudian menawarkan kalung tersebut kepada Ammar Ibn Yasir dan meminta imbalan sepotong roti dan sekerat daging untuk dimakan, dan sepotong baju pengganti pakaiannya yang compang-camping serta uang satu dinar untuk ongkos menemui istrinya. Amar membayar kalung itu dengan 20 dinar, 200 dirham, sepotong baju, dan seekor unta agar orang itu cepat bisa menemui istrinya.
Lalu Ammar memanggil Asham (budaknya) dan menyuruh menghadiahkan kalung tersebut dan dirinya sendiri kepada Rasulullah. Kemudian Rasul menyerahkan kalung dan Asham kepada Fatimah. Putri Rasulullah itu menerima kalungnya dan memerdekakan Asham,"

Sebuah kisah nyata yang inspiratif.  Antara Fatimah dan Aden memang tidak bisa dibandingkan, tapi keduanya memiliki ketulusan yang empiris yaitu rela memberikan hartanya yang paling berharga, karena bagi mereka menolong orang lebih berharga daripada harta benda. Mudah-mudahan Aden termasuk orang yang disebutkan di ayat ini.

" Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat Menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan dirimu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. "  ( Al Qur'an S. 61 : 10 - 12 )

21 November 2011
Hari ini 22 tahun yang lalu, aku melahirkan seorang bayi gemuk dan lucu, di rumah seorang bidan di desa Karangjati Ngawi.  Doaku untuknya adalah agar dia menjadi pemimpin yang membela agama Allah.

Selamat Ulang Tahun Aden Rohmana, anakku sayang...... I'm proud of you....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar