Beberapa minggu terakhir aku banyak menulis masalah finansial, itu karena aku ingin memberi semangat kepada dua pembacaku yang sedang mengalami masalah persaingan yang ketat di dunia bisnis.
Sahabatku bapak A punya usaha warnet, salah satu sahabatnya juga punya usaha warnet di tempat lain yang sering sekali dia bantu bila mengalami kesulitan dalam masalah tehnis. Lalu tanpa ba bi bu, sahabat yang sering dibantunya ini membuka warnet tepat di samping warnet miliknya.
Sakit hati tentu saja, tapi akhirnya bapak A menyadari bila sakit hati tak akan membantunya menyelesaikan masalah, akhirnya dia memilih ikhlas dan memaafkan.
Beberapa minggu setelah mendengar ceritanya, aku ketemuan dengannya di fb , chating. Dia cerita bahwa warnetnya bertambah ramai, omzetnya meningkat. Semua itu membuatnya begitu heran, dipepet kompetitor kok malah ramai. Sudah begitu, menjelang kelahiran putranya, dia juga mendapat rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Senang mendengar ceritanya, ending yang manis untuk orang yang ikhlas dan memaafkan. Pengalaman seperti ini penting agar kita semakin menyadari bahwa memelihara kesucian hati kita itu memberi keajaiban dan mendatangkan pertolongan Allah.
Sahabat satunya lagi bapak B, punya usaha digital printing, membuat spanduk, banner dll, selama ini dia satu-satunya orang yang punya digital printing di kota kecil itu. Tiba-tiba muncul pesaing yang secara 'gerilya' menyerang dengan memasang iklan di seluruh kota dengan harga yang lebih murah. Bahkan 3 orang mantan karyawannya bekerja di perusahaan pesaing itu. Usahanyapun sepi.
Bapak B ini sebenarnya orang yang tahu bagaimana musti bersikap, yaitu ikhlas dan menyadari bahwa rejeki dari Allah itu tak akan terhalang sedikitpun oleh adanya pesaing. Tapi untuk bisa benar-benar punya mind set seperti ini membutuhkan perjuangan tersendiri. Membutuhkan waktu, bahkan dia perlu berkunjung ke Malang menemuiku dan ustadz Virien, kata dia itu adalah perjalanan spiritualnya.
Dengan pertolongan Allah, bapak B bisa ikhlas juga akhirnya, dia bisa menjalankan usahanya dengan penuh ketenangan dan keyakinan. Aku bisa merasakan usahanya mulai lancar lagi, banyak pesanan dari calon bupati yang berkampanye. Tapi ketika aku tanya bagaimana usahanya, omzetnya naik nggak? dia jawab begini :
"Bunda, aku jadi bingung jawabnya, hehehe... Justru kegalauan hati yang tersembuhkan itu yang melebihi itu semua. Kalau acuannya di omset, ntar takutnya pas omset menurun jadi bingung lagi, hehe, aku takut kita jadi berbisnis sama Alloh, gitu ya bunda?".
Aku yang kaget dia jawab seperti itu. Lalu dia bercerita bagaimana dia terinspirasi dari Nabi Ayub :
Sahabatku bapak A punya usaha warnet, salah satu sahabatnya juga punya usaha warnet di tempat lain yang sering sekali dia bantu bila mengalami kesulitan dalam masalah tehnis. Lalu tanpa ba bi bu, sahabat yang sering dibantunya ini membuka warnet tepat di samping warnet miliknya.
Sakit hati tentu saja, tapi akhirnya bapak A menyadari bila sakit hati tak akan membantunya menyelesaikan masalah, akhirnya dia memilih ikhlas dan memaafkan.
Beberapa minggu setelah mendengar ceritanya, aku ketemuan dengannya di fb , chating. Dia cerita bahwa warnetnya bertambah ramai, omzetnya meningkat. Semua itu membuatnya begitu heran, dipepet kompetitor kok malah ramai. Sudah begitu, menjelang kelahiran putranya, dia juga mendapat rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Senang mendengar ceritanya, ending yang manis untuk orang yang ikhlas dan memaafkan. Pengalaman seperti ini penting agar kita semakin menyadari bahwa memelihara kesucian hati kita itu memberi keajaiban dan mendatangkan pertolongan Allah.
Sahabat satunya lagi bapak B, punya usaha digital printing, membuat spanduk, banner dll, selama ini dia satu-satunya orang yang punya digital printing di kota kecil itu. Tiba-tiba muncul pesaing yang secara 'gerilya' menyerang dengan memasang iklan di seluruh kota dengan harga yang lebih murah. Bahkan 3 orang mantan karyawannya bekerja di perusahaan pesaing itu. Usahanyapun sepi.
Bapak B ini sebenarnya orang yang tahu bagaimana musti bersikap, yaitu ikhlas dan menyadari bahwa rejeki dari Allah itu tak akan terhalang sedikitpun oleh adanya pesaing. Tapi untuk bisa benar-benar punya mind set seperti ini membutuhkan perjuangan tersendiri. Membutuhkan waktu, bahkan dia perlu berkunjung ke Malang menemuiku dan ustadz Virien, kata dia itu adalah perjalanan spiritualnya.
Dengan pertolongan Allah, bapak B bisa ikhlas juga akhirnya, dia bisa menjalankan usahanya dengan penuh ketenangan dan keyakinan. Aku bisa merasakan usahanya mulai lancar lagi, banyak pesanan dari calon bupati yang berkampanye. Tapi ketika aku tanya bagaimana usahanya, omzetnya naik nggak? dia jawab begini :
"Bunda, aku jadi bingung jawabnya, hehehe... Justru kegalauan hati yang tersembuhkan itu yang melebihi itu semua. Kalau acuannya di omset, ntar takutnya pas omset menurun jadi bingung lagi, hehe, aku takut kita jadi berbisnis sama Alloh, gitu ya bunda?".
Aku yang kaget dia jawab seperti itu. Lalu dia bercerita bagaimana dia terinspirasi dari Nabi Ayub :
" Nabi ayub itu hilang harta, karena terbakar, hilang anak, hilang istri, hilang ketampanan, tapi tak sedikitpun mempengaruhi imannya pada Alloh, tak sedikitpun !".
Bahkan dia 'menceramahiku', katanya , "Pencapaian harta atau apapun yang ukurannya dunia, tidak berbanding lurus dengan iman dan taqwa, juga tidak berbanding terbalik karena antara makhluk dan kholik itu tidak bisa untuk perbandingan".
Mengenai pendapatnya yang terakhir ini , coba simak ayat-ayat berikut ini :
Dari ayat-ayat yang aku sebutkan di atas, ada korelasi positif antara iman taqwa dengan keberkahan, keberlimpahan, kenikmatan, ampunan, rahmat Allah , cahaya (petunjuk), rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka, diselamatkan Allah ( diselamatkan dalam hal apapun)
Kesimpulannya, orang yang beriman dan bertakwa itu dijamin rejeki lahir dan batinnya, dunia dan akhiratnya oleh Allah. Rejeki lahirnya berupa keberlimpahan dalam hidupnya, batinnya berupa ampunan, petunjuk, pertolongan, ridha Allah, kasih sayang Allah yang membuat hatinya terang benderang dan senantiasa bahagia.
Di surat Al Hadid 28 bahkan disebut Allah memberikan rakmatNya dua bagian, boleh diartikan rahmat di dunia dan di akhirat, rahmat yang komplit kan? Hanya saja, ukuran keberlimpahan untuk tiap orang tidaklah sama, personal banget, sesuai kebijaksanaan Allah. Ada orang yang bagi orang lain terlihat sederhana hidupnya, tapi dia sendiri merasakan limpahan rahmat Allah, bahagia dan tenteram.
Jadi , orang yang beriman dan bertakwa tak perlu merasa khawatir dengan hidupnya, urus saja iman dan takwa kita sudah bener belum, maka dunia akhirat akan berfihak kepada kita.
Tentang definisi takwa, buka al Qur'an surat Ali Imran 133-135. Renungkan bila sedang mengalami masalah apa saja, sudah benarkah iman dan takwa kita? Mari memperbaiki diri dari hari ke hari.
Bahkan dia 'menceramahiku', katanya , "Pencapaian harta atau apapun yang ukurannya dunia, tidak berbanding lurus dengan iman dan taqwa, juga tidak berbanding terbalik karena antara makhluk dan kholik itu tidak bisa untuk perbandingan".
Mengenai pendapatnya yang terakhir ini , coba simak ayat-ayat berikut ini :
QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya
QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 65
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan
bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka
dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.
QS. An-Naml [27] : ayat 53
Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang
beriman dan mereka itu selalu bertakwa.
QS. Al-Hadiid (Al-Hadid) [57] : ayat 28
Hai orang-orang yang beriman (kepada para
rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada
Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan
menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia
mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. At Talaq [65] 2-3 : ... Demikianlah diberi pengajaran dengan
itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.
Dari ayat-ayat yang aku sebutkan di atas, ada korelasi positif antara iman taqwa dengan keberkahan, keberlimpahan, kenikmatan, ampunan, rahmat Allah , cahaya (petunjuk), rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka, diselamatkan Allah ( diselamatkan dalam hal apapun)
Kesimpulannya, orang yang beriman dan bertakwa itu dijamin rejeki lahir dan batinnya, dunia dan akhiratnya oleh Allah. Rejeki lahirnya berupa keberlimpahan dalam hidupnya, batinnya berupa ampunan, petunjuk, pertolongan, ridha Allah, kasih sayang Allah yang membuat hatinya terang benderang dan senantiasa bahagia.
Di surat Al Hadid 28 bahkan disebut Allah memberikan rakmatNya dua bagian, boleh diartikan rahmat di dunia dan di akhirat, rahmat yang komplit kan? Hanya saja, ukuran keberlimpahan untuk tiap orang tidaklah sama, personal banget, sesuai kebijaksanaan Allah. Ada orang yang bagi orang lain terlihat sederhana hidupnya, tapi dia sendiri merasakan limpahan rahmat Allah, bahagia dan tenteram.
Jadi , orang yang beriman dan bertakwa tak perlu merasa khawatir dengan hidupnya, urus saja iman dan takwa kita sudah bener belum, maka dunia akhirat akan berfihak kepada kita.
Tentang definisi takwa, buka al Qur'an surat Ali Imran 133-135. Renungkan bila sedang mengalami masalah apa saja, sudah benarkah iman dan takwa kita? Mari memperbaiki diri dari hari ke hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar