Sekarang aku tahu kenapa ustadz Virien memberi PR kepada santrinya
berupa dzikir dengan jumlah yang banyak, ada yang disuruh membaca surat
pendek ratusan kali, ada yang mendapat 'jatah' dzikir dengan asma Allah
ribuan kali. Masing-masing santri berbeda PRnya.
Ternyata kata eyang, itu untuk menghapus perkataan buruk dan kesalahan di masa lalu. Dan masing-masing santri punya kebutuhan yang berbeda, karenanya PRnya juga tidak sama. Dalilnya ini nih:
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Hadits Riwayat Turmuzi)
Banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini akibat perkataan kita di masa lalu ........ bahkan sekedar perkataan hati yang 'nyelutuk' begitu saja juga mendapat balasannya. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah sedikitpun dan betapa Allah Maha Teliti dalam mengamati setiap pergerakan hambaNya, meskipun hanya pergerakan di hati dan pikirannya, dan semua akan dibalas dengan adil.
Itulah mengapa kita membutuhkan dzikir atau murattal yang banyak dan khusyu' pula. Mungkin bila kesalahan kita cuma di lidah, kita cukup menghapusnya dengan dzikir di lidah. Tapi sayangnya perkataan yang dibuat oleh lidah kan ekspresi kata hati, jadi untuk menghapusnya juga musti dzikir yang nembus ke hati.
Dzikir yang nembus di hati (khusyu) inilah yang pelaksanaannya membutuhkan ketrampilan tersendiri. Tapi bila kita sudah pernah merasakan nikmatnya dzikir yang khusyu', pasti bikin kita selalu rindu untuk berdzikir, bahkan tak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Ini sedikit pengalaman untuk 'menemukan' Allah dalam dzikir kita.
Langkah pertama cari waktu dan tempat yang tenang dan santai, yang tidak ada gangguan sama sekali. Aku sendiri punya waktu santai antara jam 7 pagi sampai jam 8 pagi, di jam ini anak-anakku sekolah dan karyawanku belum datang.
Langkah kedua, cari posisi yang paling santai dan enak, sambil berbaringpun boleh. Usahakan tubuh dalam kondisi relaks.
Selanjutnya hubungkan hati dengan Allah. Allahlah yang menggenggam hati kita, maka bermohonlah agar Allah memberi pengalaman dzikir yang khusyu', bermohonlah dengan segala kerendahan hati dan dengan penuh pengharapan.
Mulailah berdzikir dengan asma-asma Allah mana saja yang paling kita suka. Boleh kalimat tahlil, tasbih, tahmid atau takbir, atau asma Allah yang diambil dari asmaul husna. Hayati makna setiap asma yang kita ucapkan, jangan mengejar jumlah, tapi penghayatanlah yang paling penting.
Untuk bisa menghayati sebuah asma Allah, kadang aku diam sejenak setelah mengucapkannya. Contohnya setelah mengucap 'Subhanallah wabihamdihi', aku terdiam dan membuka hatiku untuk segala nikmat karuniaNya padaku detik itu, menyadari semua adalah pemberianNya yang luar biasa, dan bermohon agar Allah memberiku kesucian hati. Dengan penghayatan seperti ini membuatku menitikkan air mata, haru, bahagia dan perasaan indah yang sulit dilukiskan. Allah rasanya begitu dekat, dan dekatnya memberi rasa nyaman dan damai.
Boleh juga mencoba mengajak seluruh sel-sel tubuh untuk berdzikir juga, memang bagi yang tidak terbiasa melakukannya agak aneh atau mungkin agak sulit, tapi bila berhasil rasanya nikmat sekali, dosa-dosa yang 'nyelempit' seperti tercuci.
Dzikir yang nikmat juga bisa kita lakukan sambil beraktifitas, yang ini memang perlu pembiasaan dan perlu meniatkannya dengan sungguh-sungguh. Dulu aku suka melatih dzikir sambil nari ..... ini sih idenya eyang, tapi bagus juga dicoba.
Ya ceritanya pas aku kepingin langsing, aku malas banget senam, sebagai gantinya aku mengingat lagi tari Bali dari vcd. Saat itulah eyang bilang agar melakukan dzikir sambil menari dan mengajak seluruh sel tubuh untuk berdzikir. Hasilnya memang luar biasa, kayaknya seluruh kulit tubuhku berkilauan gitu ..... Mau mencoba? boleh.
Kadang kendala saat dzikir adalah 'ramai'nya pikiran, sudah dapat suasana hening dan damai, tapi pikiran yang gak mau hening, nggrambyang kemana-mana. Sudah berusaha menonaktifkan pikiran tapi kok pikiran tetap gak mau nurut, tetap berkelana kemana-mana. Kalau sudah begitu biasanya aku yakin saja bila Allah tahu segala usahaku mendekatiNya, pasti Dia menghargainya dan pasti Allah akan membantuku mendekatiNya.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasullullah SAW bersabda : ”Allah SWT berfirman :
”Aku dengan persangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia berzdikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang kalian menemukan kembali perbekalanya di pada tandus.
Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku menemuinya dengan berlari”. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim).
Untuk membuat pikiran menjadi hening memang membutuhkan proses. Coba 'deteksi' pikiran sedang 'membahas' masalah apa, bila sudah ketahuan, coba bayangkan itu sebagai sebuah kabut lalu eliminasi keluar, pasrahkan hal yang sedang jadi beban pikiran itu kepada Allah. Alihkan perhatian ke hati dan ke penghayatan makna asma Allah. Bila masalah terlalu banyak, eliminasi lagi dan lagi. Begitu terus hingga pikiran benar-benar hening , dan hati bisa aktif.
Bagus juga menggunakan audio untuk mempercepat proses hening seperti audio cd digital prayernya mas Nunu (Erbe Sentanu penulis buku Quantum Ikhlas).
Apapun yang anda alami saat berdzikir, syukurilah semua. Barangkali dari seribu dzikir, kita cuma mendapat satu dzikir yang khusyu, syukuri dan ucapkan rasa terimakasih yang dalam kepada Allah karena dengan ijinNya juga kita bisa menyebut asmaNya.
Ternyata kata eyang, itu untuk menghapus perkataan buruk dan kesalahan di masa lalu. Dan masing-masing santri punya kebutuhan yang berbeda, karenanya PRnya juga tidak sama. Dalilnya ini nih:
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Hadits Riwayat Turmuzi)
Banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini akibat perkataan kita di masa lalu ........ bahkan sekedar perkataan hati yang 'nyelutuk' begitu saja juga mendapat balasannya. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah sedikitpun dan betapa Allah Maha Teliti dalam mengamati setiap pergerakan hambaNya, meskipun hanya pergerakan di hati dan pikirannya, dan semua akan dibalas dengan adil.
Itulah mengapa kita membutuhkan dzikir atau murattal yang banyak dan khusyu' pula. Mungkin bila kesalahan kita cuma di lidah, kita cukup menghapusnya dengan dzikir di lidah. Tapi sayangnya perkataan yang dibuat oleh lidah kan ekspresi kata hati, jadi untuk menghapusnya juga musti dzikir yang nembus ke hati.
Dzikir yang nembus di hati (khusyu) inilah yang pelaksanaannya membutuhkan ketrampilan tersendiri. Tapi bila kita sudah pernah merasakan nikmatnya dzikir yang khusyu', pasti bikin kita selalu rindu untuk berdzikir, bahkan tak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Ini sedikit pengalaman untuk 'menemukan' Allah dalam dzikir kita.
Langkah pertama cari waktu dan tempat yang tenang dan santai, yang tidak ada gangguan sama sekali. Aku sendiri punya waktu santai antara jam 7 pagi sampai jam 8 pagi, di jam ini anak-anakku sekolah dan karyawanku belum datang.
Langkah kedua, cari posisi yang paling santai dan enak, sambil berbaringpun boleh. Usahakan tubuh dalam kondisi relaks.
Selanjutnya hubungkan hati dengan Allah. Allahlah yang menggenggam hati kita, maka bermohonlah agar Allah memberi pengalaman dzikir yang khusyu', bermohonlah dengan segala kerendahan hati dan dengan penuh pengharapan.
Mulailah berdzikir dengan asma-asma Allah mana saja yang paling kita suka. Boleh kalimat tahlil, tasbih, tahmid atau takbir, atau asma Allah yang diambil dari asmaul husna. Hayati makna setiap asma yang kita ucapkan, jangan mengejar jumlah, tapi penghayatanlah yang paling penting.
Untuk bisa menghayati sebuah asma Allah, kadang aku diam sejenak setelah mengucapkannya. Contohnya setelah mengucap 'Subhanallah wabihamdihi', aku terdiam dan membuka hatiku untuk segala nikmat karuniaNya padaku detik itu, menyadari semua adalah pemberianNya yang luar biasa, dan bermohon agar Allah memberiku kesucian hati. Dengan penghayatan seperti ini membuatku menitikkan air mata, haru, bahagia dan perasaan indah yang sulit dilukiskan. Allah rasanya begitu dekat, dan dekatnya memberi rasa nyaman dan damai.
Boleh juga mencoba mengajak seluruh sel-sel tubuh untuk berdzikir juga, memang bagi yang tidak terbiasa melakukannya agak aneh atau mungkin agak sulit, tapi bila berhasil rasanya nikmat sekali, dosa-dosa yang 'nyelempit' seperti tercuci.
Dzikir yang nikmat juga bisa kita lakukan sambil beraktifitas, yang ini memang perlu pembiasaan dan perlu meniatkannya dengan sungguh-sungguh. Dulu aku suka melatih dzikir sambil nari ..... ini sih idenya eyang, tapi bagus juga dicoba.
Ya ceritanya pas aku kepingin langsing, aku malas banget senam, sebagai gantinya aku mengingat lagi tari Bali dari vcd. Saat itulah eyang bilang agar melakukan dzikir sambil menari dan mengajak seluruh sel tubuh untuk berdzikir. Hasilnya memang luar biasa, kayaknya seluruh kulit tubuhku berkilauan gitu ..... Mau mencoba? boleh.
Kadang kendala saat dzikir adalah 'ramai'nya pikiran, sudah dapat suasana hening dan damai, tapi pikiran yang gak mau hening, nggrambyang kemana-mana. Sudah berusaha menonaktifkan pikiran tapi kok pikiran tetap gak mau nurut, tetap berkelana kemana-mana. Kalau sudah begitu biasanya aku yakin saja bila Allah tahu segala usahaku mendekatiNya, pasti Dia menghargainya dan pasti Allah akan membantuku mendekatiNya.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasullullah SAW bersabda : ”Allah SWT berfirman :
”Aku dengan persangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia berzdikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang kalian menemukan kembali perbekalanya di pada tandus.
Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku menemuinya dengan berlari”. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim).
Untuk membuat pikiran menjadi hening memang membutuhkan proses. Coba 'deteksi' pikiran sedang 'membahas' masalah apa, bila sudah ketahuan, coba bayangkan itu sebagai sebuah kabut lalu eliminasi keluar, pasrahkan hal yang sedang jadi beban pikiran itu kepada Allah. Alihkan perhatian ke hati dan ke penghayatan makna asma Allah. Bila masalah terlalu banyak, eliminasi lagi dan lagi. Begitu terus hingga pikiran benar-benar hening , dan hati bisa aktif.
Bagus juga menggunakan audio untuk mempercepat proses hening seperti audio cd digital prayernya mas Nunu (Erbe Sentanu penulis buku Quantum Ikhlas).
Apapun yang anda alami saat berdzikir, syukurilah semua. Barangkali dari seribu dzikir, kita cuma mendapat satu dzikir yang khusyu, syukuri dan ucapkan rasa terimakasih yang dalam kepada Allah karena dengan ijinNya juga kita bisa menyebut asmaNya.
artkel nya bagus :)
BalasHapussemua karena kasih sayang Allah
HapusBelajar jadi hamba yg baek
BalasHapusMencari ridhoNya