Kamis, 15 November 2012

Suami dan Jilbab

Suamiku itu bukan muslim dari lahir, kedua orang tuanya non muslim (alhamdulillah sekarang ibu mertuaku masuk Islam).  Tapi biarpun bacaan al qur'annya masih terpatah patah, kadang dia lebih qur'ani dibandingkan denganku.  Bahkan waktu masih bingung memilih tambatan hati duluuuu ..... kurasakan dia lebih islami dibandingkan cowok yang suka 'mengeluarkan' dalil-dalil .......

Dulu begitu,  sekarangpun begitu ..... Kali ini yang mau aku ceritakan soal jilbab.  Kan aku suka bandel soal yang satu ini, kalau keluar rumah sih pakai, di rumah sering kelupaan, kadang keluar rumah pakai, tapi di dalam mobil dilepas , turun dipakai lagi ..... iiihhhh.....

Cara suamiku mengingatkanku sungguh mesranya ..... pertama dia ngomong tentang aku yang katanya begitu mempesona ..... hmmm ..... selalu membuat dia 'kepingin', lihat aku habis mandi jadi 'ehm'  , lihat aku pakai daster juga ' .........' Ujung-ujungnya dia bilang begini :

"Aturan Allah itu sungguh adil.  Lelaki diciptakan mudah terbangkitkan hasratnya hanya lewat proses melihat, sedangkan wanita tidak.  Makanya pada wanita lebih banyak aurat yang musti ditutup ".

Oh ..... maksudnya memuji muji tadi cuma mau menceramahi aku ta? hiiiiks..... kecele deh, padahal udah kadung ge-er. 

Ya begitulah cara dia menegur istri cantiknya ini biar tertib menutup aurat.  Tapi memang argumentasi  yang dia kemukakan benar-benar 'nancep' di hati, rasanya lebih memahami kebijaksanaan Allah. 

Renungkan sendiri aja, lelaki diciptakan mudah tergoda hanya dengan memandang, sedangkan wanita diciptakan begitu indahnya.  Bila wanita dibiarkan tampil semaunya sendiri, tentunya gampang memancing hasrat lelaki, memicu pelecehan dan perselingkuhan. Merusak rumah tangga orang dan merusak tatanan masyarakat.  Ya kan?

Bahkan bukan cuma itu dampak wanita mengumbar aurat.  Sesekali aku pernah juga membaca konsultasi seksologi di majalah.  Banyak kasus kelainan seksual diderita laki-laki karena melihat wanita lain yang lebih cantik dan lebih seksi dibandingkan istrinya.  Yang ini gak usah dibahas lebih lanjut ..... hiiii ...... gak tega.

Walau sudah menutup aurat, baju-bajuku masih bisa kena 'cekal' sama suamiku loh !! Pernah aku pulang dari Bandung beli gamis kaos, saat aku pakai agak pres badan gitu.

"Yang ini dipakainya di rumah saja ya", gitu gaya suamiku melakukan 'pencekalan' atas baju-bajuku.  Yaaa .... padahal kupikir modelnya bisa membuatku kelihatan lebih ringan beberapa kg .... hehehe.

Ada lagi ungkapannya yang membuatku kapok berpakaian ngepres, dia cuma bilang :"Aku kasihan kalau kamu pakai baju gitu".  ...... lalu tatapan matanya mengatakan berjuta kata yang bisa kufahami, terjemahannya kira-kira begini :" Jangan hinakan dirimu dengan membiarkan lekuk tubuhmu jadi sasaran tatapan liar mata lelaki ".

Yah saudara saudariku .... membiarkan keindahan tubuh kita dinikmati oleh lelaki yang bukan mahram kita sama saja dengan menghinakan diri sendiri ....

Semoga Indah sadar untuk seterusnya ........ semoga ceritaku menginspirasi kalian ...
 

5 komentar:

  1. mba, saya kurang lebih mempunyai suami yg sama seperti mba, seorang mualaf, hanya saja saat ini rmh tga kami sedang benar2 di uji, dia benar2 terombang ambing untuk kembali krn desakan keluarganya. mba dmn saya bs dikusi lbh gamblang dg mba? makasih sebelumnya....

    BalasHapus
  2. Persis seperti suami saya mba ...suami saya juga mualaf

    BalasHapus