Ini pembicaraanku dengan seorang sahabat :
"Kudengar si A sudah sukses, kariernya bagus, bahkan sering ke luar negeri", kata temanku.
"Ya, kalau ukuran suksesnya seperti itu ya memang dia sudah sukses", kataku.
Manusia sering sekali terjebak dalam ukuran-ukuran keduniawian untuk mengukur kesuksesan seseorang. Contohnya : baru dibilang sukses bila sudah punya rumah bagus, uang banyak, mobil keren, karier bagus, jabatan tinggi .... dll.
Ya tidak salah sih, dunia memang mudah dilihat dan mudah membuat orang silau. Lagi pula paradigma seperti ini kan hasil 'bentukan' keluarga dan lingkungan sejak kecil.
Ingat masa kecil kita nggak? Sejak kecil kita dibiasakan berpikir bahwa yang banyak itu baik dan sesuatu yang bagus itu layak dipuji, kayak Indah kecil dulu suka berlomba dalam jumlah baju baru saat hari raya dengan teman-teman, siapa yang bajunya paling banyak adalah anak paling keren dan paling beruntung. Orang tua juga suka memuji-muji betapa cantiknya kita dengan baju baru yang bagus.
Aku juga suka kagum dengan teman yang uang sakunya paling banyak dan punya mainan bagus. Bahkan aku dulu suka mendengarkan pembicaraan orang tua tentang tetangga yang panen kopinya paling berhasil, lalu diam-diam aku membandingkan banyaknya kopi yang dijemur di halaman tetangga dengan kopi yang dijemur di halamanku sendiri.
Begitulah, mulai dari anak-anak sampai setua ini kita dikelilingi oleh banyak hal yang membuat kita begitu 'dunia sentris'. Seolah olah yang namanya kehidupan ini ya cuma persoalan yang 'kelihatan' saja. Sedikit sekali kita diperkenalkan dengan potensi batiniah kita yang juga membutuhkan pencapaian-pencapaian tertentu.
Mungkin sekaranglah saatnya memulainya dari diri sendiri, dari keluarga kecil kita, pasangan dan anak-anak kita, bila mungkin meluas ke pembantu dan karyawan kita.
Apa yang perlu kita sosialisasikan kepada mereka adalah nilai-nilai qur'ani. Otomatis kita sendiri musti akrab dengan al qur'an dan menggunakannya sebagai way of life kita dan keluarga kita.
Segala tindakan dan ucapan kita adalah contoh untuk anak-anak kita, mereka mampu merekam bahkan isi hati orang tuanya !!! Jadi mendidik dan memperbaiki diri sendiri sama dengan mendidik dan memperbaiki keluarga kita.
Aku sendiri berusaha menanamkan pada anak-anakku untuk melakukan apa saja karena Allah, bersekolahpun dengan niat karena Allah, karena Allahlah yang menyuruh kita belajar dan menuntut ilmu. Urusan ranking bukan persoalan penting, karena yang jadi patokan adalah sejauh mana mereka memahami bahwa kegiatan sekolah / kuliah adalah ibadah yang dipersembahkan kepada Allah.
Banyak hal kita hadapi di keluarga kita dan mesti kita selesaikan dengan cara qur'ani, dari hal sederhana seperti anak-anak berebut kue sampai saat mereka memutuskan menikah dan bekerja.
Bila ukuran kesuksesan adalah materi, apakah terbilang sukses orang yang mempunyai rumah mewah, mobil mewah tapi tiap bulan dia dipusingkan dengan tagihan bank ? Apakah terbilang sukses orang yang memperoleh kekayaan yang berlimpah dengan cara mencuri/merampok/korupsi ?
Trus apa kriteria orang sukses di al qur'an ? ya kalau di dunia ini kita sudah tidak lagi punya rasa khawatir dan kesedihan lagi, ketenangan ini terpelihara terus hingga akhir hayat dan kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan iman dan islam (khusnul khatimah).
QS Al Fajr
"Kudengar si A sudah sukses, kariernya bagus, bahkan sering ke luar negeri", kata temanku.
"Ya, kalau ukuran suksesnya seperti itu ya memang dia sudah sukses", kataku.
Manusia sering sekali terjebak dalam ukuran-ukuran keduniawian untuk mengukur kesuksesan seseorang. Contohnya : baru dibilang sukses bila sudah punya rumah bagus, uang banyak, mobil keren, karier bagus, jabatan tinggi .... dll.
Ya tidak salah sih, dunia memang mudah dilihat dan mudah membuat orang silau. Lagi pula paradigma seperti ini kan hasil 'bentukan' keluarga dan lingkungan sejak kecil.
Ingat masa kecil kita nggak? Sejak kecil kita dibiasakan berpikir bahwa yang banyak itu baik dan sesuatu yang bagus itu layak dipuji, kayak Indah kecil dulu suka berlomba dalam jumlah baju baru saat hari raya dengan teman-teman, siapa yang bajunya paling banyak adalah anak paling keren dan paling beruntung. Orang tua juga suka memuji-muji betapa cantiknya kita dengan baju baru yang bagus.
Aku juga suka kagum dengan teman yang uang sakunya paling banyak dan punya mainan bagus. Bahkan aku dulu suka mendengarkan pembicaraan orang tua tentang tetangga yang panen kopinya paling berhasil, lalu diam-diam aku membandingkan banyaknya kopi yang dijemur di halaman tetangga dengan kopi yang dijemur di halamanku sendiri.
Begitulah, mulai dari anak-anak sampai setua ini kita dikelilingi oleh banyak hal yang membuat kita begitu 'dunia sentris'. Seolah olah yang namanya kehidupan ini ya cuma persoalan yang 'kelihatan' saja. Sedikit sekali kita diperkenalkan dengan potensi batiniah kita yang juga membutuhkan pencapaian-pencapaian tertentu.
Mungkin sekaranglah saatnya memulainya dari diri sendiri, dari keluarga kecil kita, pasangan dan anak-anak kita, bila mungkin meluas ke pembantu dan karyawan kita.
Apa yang perlu kita sosialisasikan kepada mereka adalah nilai-nilai qur'ani. Otomatis kita sendiri musti akrab dengan al qur'an dan menggunakannya sebagai way of life kita dan keluarga kita.
Segala tindakan dan ucapan kita adalah contoh untuk anak-anak kita, mereka mampu merekam bahkan isi hati orang tuanya !!! Jadi mendidik dan memperbaiki diri sendiri sama dengan mendidik dan memperbaiki keluarga kita.
Aku sendiri berusaha menanamkan pada anak-anakku untuk melakukan apa saja karena Allah, bersekolahpun dengan niat karena Allah, karena Allahlah yang menyuruh kita belajar dan menuntut ilmu. Urusan ranking bukan persoalan penting, karena yang jadi patokan adalah sejauh mana mereka memahami bahwa kegiatan sekolah / kuliah adalah ibadah yang dipersembahkan kepada Allah.
Banyak hal kita hadapi di keluarga kita dan mesti kita selesaikan dengan cara qur'ani, dari hal sederhana seperti anak-anak berebut kue sampai saat mereka memutuskan menikah dan bekerja.
Bila ukuran kesuksesan adalah materi, apakah terbilang sukses orang yang mempunyai rumah mewah, mobil mewah tapi tiap bulan dia dipusingkan dengan tagihan bank ? Apakah terbilang sukses orang yang memperoleh kekayaan yang berlimpah dengan cara mencuri/merampok/korupsi ?
Trus apa kriteria orang sukses di al qur'an ? ya kalau di dunia ini kita sudah tidak lagi punya rasa khawatir dan kesedihan lagi, ketenangan ini terpelihara terus hingga akhir hayat dan kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan iman dan islam (khusnul khatimah).
QS Al Fajr
[89:27] Hai jiwa yang tenang.
[89:28] Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
[89:29] Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,
[89:30] masuklah ke dalam surga-Ku
[89:28] Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
[89:29] Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,
[89:30] masuklah ke dalam surga-Ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar