Sabtu, 24 November 2012

Menomorsatukan Allah

Allah itu Maha Esa, Maha Tunggal, Allah itu satu dan hanya Allah yang pantas dinomorsatukan, bukan hal lain.  Tapi tanpa kita sadari, kita sering sekali menomorduakan Allah, yang jadi nomor satu hawa nafsu kita, persoalan kita, kepentingan kita, kegelisahan kita, kekhawatiran kita.

Pernah aku bertemu salah seorang pembacaku, sebut saja bapak H, dia sedang mengalami kehidupan yang terpuruk, bisnis gagal dan menanggung hutang.  Beliau bilang begini :"Saya sudah menjalankan shalat tahajud selama bertahun-tahun, tapi kenapa tak kunjung mendapat pertolongan Allah?".

Wah .... kenapa ya? Innuri juga suka shalat tahajud.
Mungkin bedanya di niat, kalau Innuri, niat shalat tahajudnya untuk mendekatkan diri pada Allah.  Gak peduli nanti setelah selesai shalat berdoa minta ini itu, yang penting pas bangun untuk shalat tujuan kita ya karena Allah, karena kangen sama Allah, karena kangen bertemu denganNya, kangen menangis dan mengadu kepadaNya, kangen dekat denganNya. Jadi hal yang paling menarik saat kita shalat adalah Allahnya, fokus pada Allah.

Memang dulu saat aku masih kanak-kanak, tujuan shalat tahajudnya ya agar Allah mengabulkan doa-doaku dan Allah selalu mengabulkannya.  Aku suka minta jadi juara kelas dan diterima di sekolah idaman, begitulah kenyataannya.  Seiring usia yang makin tua, tujuan shalatnya jadi ingin lebih dekat dengan Allah.

Nah, mungkin nih ya, bapak H shalat tahajudnya untuk 'menyuruh' Allah menolongnya.  Maksudku gini, dia merasa berat sekali dengan kehidupannya yang amat terpuruk, jadi dia shalat untuk mengharap pertolongan Allah.  Mengharap pertolongan Allah itu gak salah, malah ini wajib, yang salah adalah fokusnya, fokusnya  adalah "kehidupannya yang terpuruk", bukan pada Allahnya.

Dia dengan sepenuh hati begitu 'menghayati' kehidupannya yang terpuruk,  gak ikhlas gitu loh, dia merasa berat banget dengan hidupnya, padahal kan hidup ini pemberian Allah, doa-doanya jadi lebih mirip 'protes' gitu.  Inilah yang meng'cancel' doa-doanya sendiri.

Allah itu harus dinomor satukan.  Untuk bisa menomor satukan Allah, kita harus keluar dulu dari 'penjara' persoalan hidup kita, ini adalah penjara yang kita buat sendiri.  Penjara itu berupa segala hal yang membebani perasaan kita, yang membuat kehidupan ini berasa tidak nyaman.  Penjara itu harus kita robek dan tembus.

Mungkin penjara itu berupa hutang yang menumpuk, bisnis yang jatuh, suami, anak-anak, dll. Cara untuk keluar dari penjara persoalan ya dipasrahkan saja persoalan kita pada Allah, pasrah sepenuhnya.  Lalu fokus pada Allah, banyak memohon ampun, memahami kitabNya, memperbaiki diri di hadapan Allah, banyak berdzikir, menjalankan taqwa seperti tertulis di QS ali imran 133-135.  Sementara kita bekerja untuk meraih ridhaNya, bekerja bukan untuk materi atau hal lain.

Jadikan Allah nomor satu di hati kita.  Contohnya saat kita ingin melunasi semua hutang, itu kita lakukan karena Allah, karena Allah yang suruh kita jadi orang yang bertanggung jawab, lalu mohon pertolongan Allah dalam menjalankan amanahNya.  Jadi kita ingin hutang kita lunas bukan karena agar kehidupan kita menjadi tenang, gak ada yang nagih .

Ini memang halus sekali, perbedaan antara shalat tahajud karena Allah dan karena persoalan yang ingin kita mohonkan pertolongannya pada Allah.  Perbedaannya cuma di FOKUS atau titik pusat perhatian hati kita, pada Allah atau pada persoalan hidup ini.

Pada orang yang bangun malam karena Allah, dia  juga berdoa dan mengharap pertolongan Allah, tapi baginya persoalan hidup itu kecil saja karena yang Maha Besar adalah Allah.  Keridhaan Allah dan kedekatan dia dengan Allah itu lebih menarik hatinya dibandingkan dengan persoalan persoalan hidup ini. Jadi dia akan tetap melakukan shalat tahajud walau hidupnya sudah nyaman .

Nah, bandingkan dengan orang yang bangun malam, ruku dan sujud dengan kepala yang dipenuhi persoalan dan hati yang dipenuhi rasa nelangsa karena masalah yang dihadapinya.  Fokus kehidupannya adalah bagaimana caranya persoalan ini bisa selesai, bukan pada Allah. 

Rasanya lembut sekali ya perbedaannya, tapi ini perbedaan yang nyata, halus tapi nyata. Semoga kalian dan aku diberi kemudahan Allah untuk memahami dan menjalankannya

Ada kata-kata bijak yang kutemukan di dinding pesantren Gubug :

"Kerjakan bagian kita dengan setia, maka Allah akan mengerjakan bagianNya dengan sempurna".

"Allah, letakkan dunia ini di tanganku saja, sedangkan hatiku hanya kuberikan padaMu".

.

1 komentar:

  1. artikel yg luar biasa. kutemukan ini ditengah malam.semoga aku bisa mengamalkan.Menomorsatukan Alloh dalam berkehidupan.Thank GOD. Robb Yang Mahapenolong

    BalasHapus