Bila sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan kita bandingkan dengan kemungkinan yang lebih mengerikan, hasilnya adalah bersyukur.
"Kita nanti lewat hutan di daerah Magelang lo dik", kata suamiku dalam perjalanan Yogyakarta-Bandung malam-malam. Gak tahu kenapa, saat dia ucapkan kata 'hutan magelang', hatiku merasa tidak enak.
Sepanjang perjalanan aku dan Alni tertidur pulas, terbangun saat merasa mobilnya berhenti di tengah hutan, mungkin ini hutan Magelang. Kudengar mas Hary bercakap-cakap dengan seseorang, kukira mas Hary sedang bertanya arah jalan ke Bandung, ternyata .....
"Maksud saya bukan KTP pak, tapi SIM", suara berat itu terdengar gak enak banget.... pasti ..... ya benar, polisi. Wah, alamat ngasih 'uang saku' pak polisi nih ! kataku di hati dan tebakanku tidak meleset sedikitpun!!!
"Kayaknya daerah sini jadi langganan polisi nyari uang dari pengemudi yang melanggar marka jalan", kata suamiku.
"Oh, kayak di Hutan Saradan ya mas", kataku.
"He eh, padahal aku tadi cuma ngikuti truk dari belakang, kukira truknya aja yang kena".
"Lah, sampeyan juga ikut melanggar kok".
"Hahaha".
"Tapi aku bersyukur banget kok mas dicegat polisi".
"Kok???".
"Lha daripada dicegat perampok, kalau perampok mana mau dikasih seratus ribu?".
"Iya ya....".
Sebenarnya saat tadi mas Hary bilang 'hutan Magelang', ingatanku langsung melayang pada cerita eyang Virien tentang temannya yang perampok tapi sudah bertobat. Katanya dulu dia suka merampok kendaraan roda empat yang membawa barang, dia merampok uang tunai sekalian mobilnya dan barang bawaannya. Lah si pengemudi dibiarkan ketakutan sendiri .... Iiihhh... ngeri kan?
Makanya aku amat bersyukur karena perampoknya ..... eh maaf... bukan perampok, tapi ketemunya sama pak polisi. Makasih deh pak polisi.... Allah juga yang mempertemukan kita. Mudah-mudahan Allah menuntun langkah anda agar lebih mengayomi masyarakat dan memberi anda pendapatan yang halal dan berkah .......
"Kita nanti lewat hutan di daerah Magelang lo dik", kata suamiku dalam perjalanan Yogyakarta-Bandung malam-malam. Gak tahu kenapa, saat dia ucapkan kata 'hutan magelang', hatiku merasa tidak enak.
Sepanjang perjalanan aku dan Alni tertidur pulas, terbangun saat merasa mobilnya berhenti di tengah hutan, mungkin ini hutan Magelang. Kudengar mas Hary bercakap-cakap dengan seseorang, kukira mas Hary sedang bertanya arah jalan ke Bandung, ternyata .....
"Maksud saya bukan KTP pak, tapi SIM", suara berat itu terdengar gak enak banget.... pasti ..... ya benar, polisi. Wah, alamat ngasih 'uang saku' pak polisi nih ! kataku di hati dan tebakanku tidak meleset sedikitpun!!!
"Kayaknya daerah sini jadi langganan polisi nyari uang dari pengemudi yang melanggar marka jalan", kata suamiku.
"Oh, kayak di Hutan Saradan ya mas", kataku.
"He eh, padahal aku tadi cuma ngikuti truk dari belakang, kukira truknya aja yang kena".
"Lah, sampeyan juga ikut melanggar kok".
"Hahaha".
"Tapi aku bersyukur banget kok mas dicegat polisi".
"Kok???".
"Lha daripada dicegat perampok, kalau perampok mana mau dikasih seratus ribu?".
"Iya ya....".
Sebenarnya saat tadi mas Hary bilang 'hutan Magelang', ingatanku langsung melayang pada cerita eyang Virien tentang temannya yang perampok tapi sudah bertobat. Katanya dulu dia suka merampok kendaraan roda empat yang membawa barang, dia merampok uang tunai sekalian mobilnya dan barang bawaannya. Lah si pengemudi dibiarkan ketakutan sendiri .... Iiihhh... ngeri kan?
Makanya aku amat bersyukur karena perampoknya ..... eh maaf... bukan perampok, tapi ketemunya sama pak polisi. Makasih deh pak polisi.... Allah juga yang mempertemukan kita. Mudah-mudahan Allah menuntun langkah anda agar lebih mengayomi masyarakat dan memberi anda pendapatan yang halal dan berkah .......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar