Rabu, 03 Oktober 2012

Jangan Bilang,"Aku Telah .......".

Windy, seorang karyawanku menulis di status fbnya : "Ikhlas itu seperti surat al ikhlas, tidak ada kata ikhlasnya". Aku ingin memberinya jempol sepuluh untuk kalimatnya ini, yang dua jempolku, yang dua lagi minjem jempol mas Hary, yang dua lagi jempol Alni .. ya meskipun jempolnya kecil kecil masih bisa disebut jempol kan?........ selebihnya jempol kalian semua .... hahahaha...

Kemarin Sabtu aku ke Gubug, seperti biasanya aku membawakan santri putri pekerjaan, malamnya aku mengajari mereka teori dan praktek membuat pola.

Kehidupan para wanita di seputar pesantren Gubug adalah kehidupan yang keras dan berat.  Disana para wanitanya terbiasa ke hutan untuk mencari rumput dan kayu bakar. Di setiap keluarga rata-rata mempunyai dua ekor sapi perah, dan tugas 'ngarit' (mencari rumput) bukan melulu dikerjakan kaum lelakinya karena tak jarang para lelaki pergi ke luar desa untuk 'nebang' atau menebang tebu saat musim tebu tiba.  Makanya para wanitapun terbiasa mencari rumput.

Begitulah yang bisa kulihat dan kurasakan dari denyut kehidupan masyarakat seputar Gubug.

Bila pagi tiba, rutinitas mereka adalah memandikan sapi, memerah susu, membersihkan kandang dan menyetor hasil perahan ke pos penampungan susu terdekat.  Yang kumaksud 'terdekat' disini kenyataannya tidaklah dekat, mereka musti berjalan kaki melewati jalanan turun naik 45 derajat, berbatu-batu sejauh kira kira 2 km !!!

Bayangkan, para wanita perkasa itu berjalan naik turun dengan beban susu 15 liter di atas kepala mereka sejauh 2 km tiap pagi dan sore setiap harinya......

Rutinitas pagi yang menguras tenaga itu masih berlanjut dengan keharusan mencari rumput, bila tidak ya sapinya tidak makan, susunya tidak keluar dan ......... lanjutkan sendiri deh ceritanya ......

Saat berangkat mencari rumput, mereka biasa lewat depan Gubug, bergurau dengan suara yang keras dan tertawa-tawa seolah-olah tidak ada beban dalam kehidupannya.  Kadang ada yang mampir menyapaku atau sekedar melempar senyum jarak jauh.

Eyang Virien pernah menghitung pendapatan mereka sebagai peternak dan penebang tebu, kata eyang hasilnya ternyata hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar saja yaitu makan ...... Tak heran kondisi rumah mereka begitu sederhana, rumah bambu dengan lantai tanah dan perabotan yang seadanya....

Di masyarakat seperti inilah eyang berjuang, perjuangan dengan totohan nyawa, kalau soal omongan negatif sih itu sudah sego jangan alias biasa saja, dikirim santet juga pernah ..... Serem kan? Eyang cuma bilang begini :"Syetan saja bisa istiqomah, masak kita yang nggak?".

"Perjuangan kita disini adalah mengubah pola pikir mereka.  Mereka masih berpola pikir primitif, kayak manusia purba", kata eyang.
"Maksudnya?".
"Ya orang purba kan mengambil langsung dari alam tanpa memikirkan konservasi atau memanage alam agar hasilnya maksimal.  Mereka ambil ya sudah ...... ambil terus dan terus ....".

Makanya aku dan eyang mengusahakan ada produksi batik disana, juga aku ajari menjahit dan berbagai ketrampilan lainnya , maksudnya agar mereka punya alternatif lain untuk hidupnya, biar tidak mengeksploitasi alam terus.

Bukan hal yang mudah mengajari tangan-tangan yang sudah terbiasa dengan pekerjaan kasar beralih ke pekerjaan halus yang memerlukan pikiran.  Aku sendiri yang musti mengajari dan menunggui mereka bekerja, pernah sih ada karyawan aku suruh kesini, tapi tak tahan dengan perjalanan jauh yang melelahkan.  Ada juga yang ikhlas, tapi hasilnya tidak sesuai dengan targetku, jadi yaa.... aku sendiri yang musti turun langsung.

Sulitnya menghadapi masyarakat primitif masih ditambah dengan mendapat fitnah dan omongan gak jelas...... kupikir nabi saja disebut orang gila, aku masih mending ....... Gini nih kata orang yang gak suka kehadiran kami :"Tuh kan? Gubug itu cuma dipakai nyari keuntungan pribadi, lihat saja disana mulai bikin batik". Bagiku itu fitnah terlucu di dunia, kalau aku mau nyari keuntungan ya bikin di dekat butik saja, gak usah susah-susah ke gunung.  Dan bukan cuma itu saja fitnah yang musti kami terima ........

Bagiku, semasih ada Allah, ada suami yang mendukungku, ada eyang disampingku, aku akan maju terus ..... Rasanya aku belum apa-apa, perjalananku baru selangkah dari target seribu langkah .....

Saat sedang ngajar santri menjahit, aku jadi ingat kata seorang familiku :"Bagusan aku bisa batik tapi aku ajarkan tanpa minta imbalan, sedangkan kamu, bisa ngajar batik tapi kamu pakai nyari uang!!!".  Aku jadi tersenyum sendiri mengingat saat aku speechless mendengar kalimat itu .......

Baru sekarang kusadari bila diriku ini sejak dulu sering mengajari orang tanpa pamrih.... kok baru sekarang ya nyadarnya?  Eh...... ternyata tuh, orang yang ikhlas itu memang tak pernah mengingat apalagi menyebut-nyebut kebaikan yang pernah dilakukannya, yang ada dalam pikirannnya hanyalah perasaan kurang dalam berbuat baik, merasa masih kurang dalam mengabdi kepada Allah.

Orang ikhlas itu tak pernah bilang :"Aku telah memberikan ilmuku tanpa minta imbalan .....", atau :"Aku telah nolong dia lo, dia itu dulunya begini...... sekarang dia ......".

Orang ikhlas itu bekerja karena rasa syukurnya kepada Allah, sudah kewajibannya memberi apa yang dia bisa dan apa yang dia miliki untuk kebahagiaan semesta.

Biasanya eyang suka menghiburku bila ada omongan tidak enak soal perjuangan kami disini, dan aku akan menjawab begini :" Eyang gak usah khawatir deh, aku berbuat untuk bersyukur, bukankah Allah sudah memberiku banyak sekali kelebihan, kelebihan materi, kepintaran, peluang ........  Aku bahagia dengan segala yang aku lakukan, aku bahagia melihat saudara-saudaraku berubah menjadi lebih baik".  Kebahagiaan bersama mereka, orang-orang lemah yang tulus dan menerimaku sebagai bagian hidup mereka, kebahagiaan itu telah mengalahkan segala sakit dan lelah.

Apakah peluangku yang tiba-tiba menjadi nara sumber dengan honor yang gede merupakan balasan dari Allah atas apa yang aku lakukan? ...... wallahu alam. Yang penting ikhlas saja...... aku ingin kalian -para pembacaku yang aku sayangi- menjadi orang-orang yang  ikhlas.  Sungguh, kehidupan ini menjadi luar biasa saat kita ikhlas berbuat untuk sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar