Pagi ini mendung, tanah masih terlihat basah sisa hujan kemarin, membawa damai merasuki hatiku. Alni sudah mulai sekolah setelah 4 hari tidak masuk karena batuk, Insan sudah sampai di SMA-1 nya kukira, mas Hary tidur di rumah, sementara aku sendirian di butik.
Satu per satu karyawanku mulai datang, dimulai dari bu Kot, Bawon, Isti ..... satu persatu mereka menyalamiku dengan senyum cerah dan ucapan salam. Dari lap topku kuputar lagu Paginya Tika Bisono..... oh indahnya pagi yang Kau ciptakan, ya Tuhanku.
Musim hujan menjadi hal yang amat indah setelah merasakan kekurangan air di Gubug. Hari-hari terakhir di musim kemarau kemarin membuat sumber mata air yang mengalir ke pesantren Gubug dan masyarakat seputar Gubug mengalami penurunan debit yang sangat drastis. Kami musti berhemat air, kadang juga gak mandi, yang penting ada air buat ke kamar kecil dan memasak.
"Kukira kita kesulitan air karena hutan sudah gundul ", kataku ke eyang di Gubug.
"Tiap hari bisa kita melihat orang lewat di depan sini membawa kayu dari hutan", kata eyang,
"Tapi tidak pernah melihat orang menanam pohon", potongku.
" Merubah pola pikir masyarakat memang bukan hal yang mudah. Ingat kisah Nabi Musa dengan 12 mata air, sementara masing-masing suku sudah mendapat jatah masing-masing, tapi mereka tetap bertengkar rebutan air. Begitulah manusia ", kata eyang.
"Disini juga suka bertengkar rebutan air?", tanyaku yang dijawab dengan anggukan eyang.
Menggelitik kesadaran masyarakat untuk peduli pada lingkungan memang bukan hal mudah, jangankan masyarakat desa yang mayoritas berpendidikan rendah, lah wong masyarakat kota saja suka cuek dengan lingkungan.
Rata-rata masyarakat kota, terlebih yang hidup di perumahan, suka banget membangun rumah seluas tanah hak milik mereka, tak menyisakan sedikitpun wilayah untuk resapan air. Hasilnya ya banjir, kadang yang banjir bukan perumahan mereka sendiri, melainkan perumahan yang letaknya lebih rendah. Kasihan orang lain yaaa .....
Padahal kita mestinya menjadi rahmat bagi lingkungan .....
Yuuuk kita mulai dari diri sendiri.
Satu per satu karyawanku mulai datang, dimulai dari bu Kot, Bawon, Isti ..... satu persatu mereka menyalamiku dengan senyum cerah dan ucapan salam. Dari lap topku kuputar lagu Paginya Tika Bisono..... oh indahnya pagi yang Kau ciptakan, ya Tuhanku.
Musim hujan menjadi hal yang amat indah setelah merasakan kekurangan air di Gubug. Hari-hari terakhir di musim kemarau kemarin membuat sumber mata air yang mengalir ke pesantren Gubug dan masyarakat seputar Gubug mengalami penurunan debit yang sangat drastis. Kami musti berhemat air, kadang juga gak mandi, yang penting ada air buat ke kamar kecil dan memasak.
"Kukira kita kesulitan air karena hutan sudah gundul ", kataku ke eyang di Gubug.
"Tiap hari bisa kita melihat orang lewat di depan sini membawa kayu dari hutan", kata eyang,
"Tapi tidak pernah melihat orang menanam pohon", potongku.
" Merubah pola pikir masyarakat memang bukan hal yang mudah. Ingat kisah Nabi Musa dengan 12 mata air, sementara masing-masing suku sudah mendapat jatah masing-masing, tapi mereka tetap bertengkar rebutan air. Begitulah manusia ", kata eyang.
"Disini juga suka bertengkar rebutan air?", tanyaku yang dijawab dengan anggukan eyang.
Menggelitik kesadaran masyarakat untuk peduli pada lingkungan memang bukan hal mudah, jangankan masyarakat desa yang mayoritas berpendidikan rendah, lah wong masyarakat kota saja suka cuek dengan lingkungan.
Rata-rata masyarakat kota, terlebih yang hidup di perumahan, suka banget membangun rumah seluas tanah hak milik mereka, tak menyisakan sedikitpun wilayah untuk resapan air. Hasilnya ya banjir, kadang yang banjir bukan perumahan mereka sendiri, melainkan perumahan yang letaknya lebih rendah. Kasihan orang lain yaaa .....
QS. Ar-Ruum (Ar-Rum) [30] : ayat 41
Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).Padahal kita mestinya menjadi rahmat bagi lingkungan .....
Yuuuk kita mulai dari diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar