Jumat, 18 Januari 2013

Kebaikan Yang Berbunga Kebaikan

" Ayolah ikut",kata suamiku pagi-pagi.

Sadar kalau gantengku sedang butuh ditemani, akupun ikut dia mengantar Insan ke sekolahnya, SMAN I Malang.  Seperti biasanya, dia tidak sekedar mengantar Insan ke sekolah, tapi juga sekaligus bekerja sebagai 'distributor' nasi bungkus untuk dhuafa yang dia temui di jalan.

Selama ini aku jarang banget ikut membagi-bagi makanan, tugasku hanya memasak pagi-pagi  hingga suamiku bisa mengedarkannya sambil mengantar Insan ke sekolah.

Begitulah ceritanya, nasi yang masih hangat itu kami bagi di sepanjang perjalanan pulang dan pergi. Yang paling banyak jatuh ke tangan pemulung dan tukang becak.  Di jalanan yang masih belum ramai benar itu banyak pemulung mengais rejeki dari tempat sampah, sementara tukang becak masih banyak yang duduk-duduk di becaknya sendiri.

Satu kenyataan yang kulihat, ternyata orang-orang yang bekerja sebagai tukang becak itu kebanyakan (sekitar 85%nya) adalah orang-orang tua yang berumur di atas 50 tahun.  Jadi kontras sekali melihat raga yang sudah renta musti berjuang menggunakan kekuatan fisiknya mengayuh becak. Hiks ..... nangis deh Indah ...

Jadi ingat salah seorang pembaca blogku yang bisa merasa kaya raya dengan memberi makan dhuafa, ya seperti yang kulakukan, bagi-bagi nasi bungkus. Padahal usahanya sedang merugi selama berbulan-bulan.  Sampai akhirnya dia merasa oke saja dengan kehidupannya, dia juga bisa ikhlas dan memasrahkan dirinya pada Allah.  Inilah salah satu hikmah melakukan ajaran al qur'an, memberi membuat kita merasa kaya, lalu pada saatnya nanti jadi kaya sungguhan dengan ijinNya.  The power of giving.

Sebenarnya dia gak sengaja 'nyangkut' di blogku, lalu terpaku berjam-jam disini katanya. Salah satu hal yang nyantol di kepalanya, kata dia, saat aku sebut bahwa hidup dan matinya bisnis kita  terletak di tangan Allah. Ya karena sebelumnya dia berpikir dengan logika, dan cenderung menyalahkan persaingan, dan faktor-faktor lain yang terdengar masuk akal.

Kebetulan dia baca tulisanku pas toko retail miliknya sedang sepi selama beberapa waktu dan dia sedang dilanda kecemasan akan usaha yang 'hidup segan mati tak mau', juga biaya hidup yang tak seimbang dengan pemasukan. Bahkan anaknya sudah nunggak membayar SPP selama beberapa bulan.

Mungkin yang dia maksud, artikelku yang berjudul "Mengelola Rasa Khawatir".

"Seperti kata bunda, kuncinya untuk melewati ujian ini adalah berbuat baik.  Dan salah satu perbuatan baik yang mulai kulakukan adalah memberi makan orang miskin ", tulisnya lewat fbku. Hmmm .... dia salah, bukan aku yang bilang bahwa kunci melewati ujian adalah perbuatan baik, tapi al qur'an.

Baru beberapa hari dia melakukannya, dia sudah bisa menemukan 'spirit' baru. Saat dia membagi nasi bungkus dengan tangannya sendiri ke dhuafa (= orang-orang yang lemah), dia baru menyadari betapa kaya dan beruntung dirinya.  Perasaan 'kaya dan beruntung' ini memberi ketenangan tersendiri buatnya.

Dia sendiri merasa heran, meskipun omzet usahanya tidak mencapai target sama sekali, ajaibnya dia selalu punya uang untuk belanja keperluan nasi bungkus.  Bahkan sering ada rejeki tak terduga yang bukan dari usaha utamanya.

"Aku jadi fokus berbuat baik saja, hidupku ke depan sudah aku pasrahkan dan ikhlaskan diatur sama Allah.  Yang penting bagiku, Allah ridha padaku, bila dalam kehidupan yang terlihat terpuruk ini ada ridha Allah di dalamnya, it's okey .... daripada kehidupan yang melimpah tapi Allah gak ridha", katanya. 

"Kan bunda juga bilang bahwa kehidupan ini bukan seperti yang terlihat", tambahnya lagi .... oh, hafal sekali dia dengan kalimat-kalimatku.

Aku menangkap ada rentetan hikmah dari perbuatan baiknya memberi makan fakir miskin, seperti perbuatan baik yang 'menelorkan' perbuatan baik lainnya.  Seperti kebaikan berbunga kebaikan.

Yang dimaksud dengan perbuatan baik disini  bukan hanya perbuatan baik yang dilakukan oleh tangan kita, melainkan juga baiknya prasangka / perasaan dan baiknya pemikiran.  Kukira inilah maksud dari "siapa yang paling baik amalnya" yang tertulis di surat al Mulk ayat 2.

Lihat multiple effect yang dirasakan sahabatku ini, dia memulai perbuatan baiknya dengan memberi makan fakir miskin, ternyata dia mendapat spirit yang luar biasa yang menuntun prasangka dan pemikirannya menjadi lebih pasrah dan ikhlas.

Tapi aku juga perlu mengingatkannya, pasrah itu bukan berarti mengalir saja, tapi juga usaha memilih  mau mengalir kemana ....kan kita bukan air.  Jangan merasa nyaman dalam keterpurukan, karena Allah punya maksud tertentu dibalik segala peristiwa manis atau pahit dalam hidup ini. Pandai pandailah menemukan hikmah dibalik peristiwa pemberian Allah, temukan isi dibalik bungkus.

Contohnya saat usaha sepi, ya jangan diam menunggu. Siapa tahu ini merupakan teguran dari Allah agar kita lebih serius dan lebih baik mengelola usaha. Hati musti ditata, bahwa usaha yang kita jalankan adalah pemberian Allah, dan kita musti memelihara karunia ini dengan hal terbaik yang bisa kita lakukan.  Jadi ya kerahkan segala usaha yang bisa dilakukan

Coba dalam diam kita lakukan evaluasi, buatlah analisa sederhana, kalau bisa bikin analisa SWOT boleh juga ....  trus solusinya apa, lakukan langkah-langkah perbaikan, buat rencana kerja yang terjadwal dengan jelas ..... Oh ya, semua itu musti tertulis dengan rinci, untuk mempermudah pelaksanaan dan controllingnya

Yang aku uraikan barusanpun termasuk perbuatan baik loh, berbuat baik kepada usaha kita sendiri ..... ya kan? dan lakukan karena Allah, karena ingin merawat dan menghargai pemberianNya dan ingin berbuat baik karenaNya.

Yang perlu disadari oleh kita, bahwa Allah tak pernah menghendaki kehancuran bagi hambaNya.  Kalau rajin membaca al qur'an pasti ngerti,  sebenarnya Allah menghendaki kita sukses dan bahagia.  Sedangkan  peristiwa yang terlihatnya seperti hambatan / ujian / sandungan .... itu kan sekedar alat Allah untuk menjadikan kita lebih baik amalnya, seperti tertulis di surat al Mulk ayat 2.

Maafkan bila ulasanku terlalu menggurui atau terlalu kaku yaa, Indah kan memang guru tak diundang .... hehehe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar